
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia diperkirakan masih turun atau mencatat deflasi secara bulanan sementara secara tahunan cenderung stagnan.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi September 2024 pada Selasa (1/10/2024).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan IHK September 2024 diperkirakan turun atau mengalami deflasi 0,035% secara bulanan (month to month/mtm).
Sembilan dari 12 instansi memperkirakan secara bulanan masih akan tercatat deflasi yang tak jauh berbeda dengan periode sebelumnya yang terpantau deflasi 0,03%. Jika hal ini kembali terjadi, maka Indonesia akan mengalami deflasi lima bulan beruntun.
Sedangkan IHK secara tahunan (year on year/yoy) diperkirakan melandai di bawah level 2% atau tepatnya 1,975%. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Agustus 2024 yang sebesar 2,12% yoy.
Jika nantinya terjadi deflasi lagi maka ini akan menjadi catatan terburuk bagi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, Indonesia sudah mencatat deflasi selama empat bulan beruntun (Mei-Agustus 2024).
Kepala ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, memperkirakan Indonesia masih akan mengalami deflasi pada September 2024. Deflasi ditopang oleh melandainya harga pangan hingga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Harga beras cenderung stabil, sedangkan pangan lain masih mengalami deflasi namun dengan penurunan yang lebih kecil daripada bulan lalu seperti daging ayam, daging sapi, telur, bawang putih & merah,” tutur Andry kepada CNBC Indonesia.
Deflasi terbesar terlihat di harga cabai merah dan cabai rawit, masing-masing 12% (mom) dan 8% (mom).
Senada dengan Andry, ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang memperkirakan Indonesia masih akan mengalami deflasi.
“Meski berpotensi masih melanjutkan deflasi, namun secara bulanan deflasinya kita perkirakan semakin menipis, seiring pantauan data konsumsi masyarakat yang sudah inflection ke arah perbaikan,” ujarnya.
Dia menambahkan daya beli masyarakat juga membaik seiring berkurangnya dampak biaya pendidikan dan anak sekolah.
Sebaliknya, ekonom Bank Maybank Indonesia, Juniman memperkirakan IHK akan naik atau mengalami inflasi. Kondisi ini dipicu kenaikan harga perhiasan emas, biaya pendidikan, dan rokok. Sementara itu, harga makanan cenderung naik, terutama untuk minyak goreng, daging sapi, telur, bawang, dan bawang putih, namun harga beberapa komoditas seperti beras, daging ayam, cabai, paprika merah, dan kedelai cenderung turun.
Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), sepanjang September 2024, harga cabai merah sejak awal hingga akhir September 2024 terpantau turun sekitar 19,3% sedangkan harga cabai rawit turun 7,65% dalam periode yang sama.
Ke depan, Kementerian Pertanian memprediksi harga dan stok cabai sampai dengan akhir 2024 cukup. Namun, efek kemarau memang ada sedikit gangguan pada produksi.
Hal ini sebagaimana disampaikan Plt. Dirjen Hortikultura Kementan Muhammad Taufiq Ratule dalam acara Forum Cabai Nasional di Jakarta, Selasa (3/9/2024).
Berdasarkan prediksinya, sampai dengan Desember 2024 ketersediaan cabai secara nasional aman, atau mencukupi kebutuhan masyarakat. MenurutTaufiq, yang menjadi masalah adalah ketersediaan cabai yang mencukupi itu tidak rata di semua wilayah Indonesia.
Adapun total produksi cabai yang dimaksudnya aman tersebut berkisar di 3 juta ton per tahun, sementara konsumsi cabai per tahunnya sekitar 1,17 juta ton. Artinya, terjadi surplus dalam produksi cabai dalam negeri. Hal ini yang membuat harga cabai dapat lebih stabil lagi ke depannya.