Virus Mematikan Guncang India, Warga Diminta Pakai Masker Lagi

Foto: India (AP / Rajanish Kakade

Virus Nipah melanda India. Penyebaran virus ini bahkan telah memakan korban jiwa. Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun meninggal karena infeksi pada akhir pekan lalu. Pihak berwenang masih berlomba untuk melacak orang-orang yang melakukan kontak dengannya.

Menteri Kesehatan Negara Bagian Kerala Veena George mengatakan pada hari Selasa bahwa kerabat dekat remaja tersebut dinyatakan negatif terkena virus tersebut. Ia menambahkan bahwa tindakan pencegahan seperti memakai masker di tempat umum harus dilakukan.

“(Sebanyak) 60 orang telah diidentifikasi termasuk dalam kategori risiko tinggi terkena penyakit tersebut,” ujarnya kepada CNBC International, dikutip Jumat (26/7/2024).

“Semua orang yang diidentifikasi berisiko tinggi sedang menjalani tes virus,” katanya.

Virus Nipah dianggap sebagai salah satu patogen paling berbahaya yang beredar di alam liar. Pertama kali diidentifikasi 25 tahun lalu di Malaysia, Nipah diperkirakan memiliki tingkat kematian sebesar 75% dan disebut-sebut berpotensi memicu pandemi lain.

Virus Nipah ditularkan ke manusia melalui hewan seperti kelelawar buah atau babi. Virus ini diketahui menyebabkan demam pembengkakan otak yang mematikan pada manusia.

Saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi dan tidak ada pengobatan untuk menyembuhkannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan infeksi pada manusia dapat berkisar dari infeksi tanpa gejala hingga infeksi saluran pernafasan akut. Perwakilan WHO untuk India, Roderico H. Ofrin, mengatakan bahwa wabah virus Nipah terbaru di Kerala tampaknya memiliki ‘risiko rendah’ untuk penularan lebih lanjut.

“Pelacakan kontak yang aktif dan ekstensif dilakukan oleh pemerintah Kerala. 60 orang pernah melakukan kontak erat dengan remaja berusia 14 tahun yang meninggal tersebut sehingga dikategorikan sebagai kontak risiko tinggi. Mereka semua sedang dites virusnya,” kata Ofrin.

“Mempertimbangkan dinamika penularan virus Nipah itu sendiri dan penilaian saat ini serta jumlah kasusnya, wabah ini tampaknya memiliki risiko penularan lebih lanjut yang rendah,” klaimnya lagi.

Ofrin mengatakan alasan mengapa wabah virus Nipah terdeteksi di Kerala adalah ‘multifaktorial’. Ia menekankan bahwa negara bagian di India selatan memiliki sistem yang sangat baik untuk mengidentifikasi, mendeteksi, dan mendaftarkan semua kasus yang diduga, sehingga mengarah pada tindakan kesehatan masyarakat yang segera.

Sebelum wabah terbaru ini terjadi, Pemerintah Kerala telah melaporkan empat wabah virus Nipah yang terpisah di wilayah tersebut sejak tahun 2018.

Dalam investigasi yang diterbitkan tahun lalu, Reuters melaporkan bahwa hilangnya pohon secara besar-besaran dan urbanisasi yang pesat di Kerala selama beberapa dekade terakhir telah menciptakan kondisi ideal bagi munculnya virus Nipah.

Sebuah laporan terpisah mengidentifikasi Kerala sebagai salah satu negara yang memiliki jump zone. Ini merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan wilayah yang paling kondusif bagi virus yang ditularkan oleh kelelawar untuk menginfeksi manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*